Jumat, 23 September 2011

Penyakit Skabies/Scabies/Gudik

              


Scabies adalah kondisi pada kulit yang tidak hanya dapat menyebabkan Glossary Link infeksi akan tetapi sangat menggangu. Penderita tidak dapat menghindari untuk menggaruk setiap saat akibat adanaya  tungau (kutu scabies) di bawah kulit. Pada kenyataannya, scabies menyerang jutaan dari orang di seluruh dunia setiap tahun berdasarkan laporan pemerintah. Scabies tidak hanya memilih golongan tertentu baik kaya maupun miskin,muda atau tua, karena penyakit ini dapat menyerang siapapun. Scabies menyebabkan penderitaan pada banyak orang dikarenakan tidak dapat tidur dengan tenang pada malam hari disebabkan rasa gatal. Keseluruhan permukaan badan menimbulkan reaksi saat tungau beraktifitas pada permukaan kulit sehingga menimbulkan gatal. Jika Anda belajar lebih banyak tentang penyebab dan gambaran penyakit scabies, maka Anda akan menemukan pemecahan masalah yang cepat jika Anda terinfeksi.




        Penyakit ini mudah menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
Di dalam terowongan ini, kutu bersarang dan mengeluarkan telurnya. Dalam waktu tujuh sampai 14 hari, telur menetas dan membentuk larva yang dapat berubah menjadi nimfa, selanjutnya terbentuk parasit dewasa. Hal yang paling disukai kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari kaki dan tangan, siku, pergelangan tangan, bahu, dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memiliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka, dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut.
Orang jawa sering menyebutnya gudig. Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai penderita, misal : baju, handuk, dll.


Tanda-Tanda yg sering muncul akibat scabies

Ada 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2001) : 
  1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
  2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
  3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
  4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995):
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah
tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus
ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies.
Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha,
perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan
dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies
biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000).
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita
penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat
tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).

Predileksi atau lokasi tersering adalah pada sela-sela jari tangan, bagian fleksor pergelangan tangan, siku bagian dalam, lipat ketiak bagian depan, perut bagian bawah, pantat, paha bagian dalam, daerah mammae/payudara, genital, dan pinggang.
Pada pria khas ditemukan pada penis sedangkan pada wanita di aerola mammae. Pada bayi bisa dijumpai pada daerah kepala, muka, leher, kaki dan telapaknya.

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari.(Handoko, R, 2001). Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 – 4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. ( Mulyono, 1986). Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama
lebih kurang 7 – 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis
dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi,
karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat
terserang. (Andrianto dan Tang Eng Tie, 1989).

Proses Penyakit

Adapun proses penyakit kudis yaitu sebagai berikut:[2]
  • Infeksi dari penyakit ini diawali dengan tungau betina atau nimfa stadium kedua yang secara aktif membuat terowongan di epidermis atau lapisan tanduk. Pada terowongan tersebut diletakkan 2-3 butir telur setiap hari.
  • Telur menetas dalam 2-4 hari yang kemudian menjadi larva yang berkaki 6.
  • Dalam 1-2 hari larva berubah menjadi nimfa stadium pertama kemudian berkembang menjadi nimfa stadium kedua, yang berkaki 8. * Nymfa ini menjadi tungau betina muda, yang siap kawin dengan tungau jantan
  • Tungau berkembang menjadi tungau dewasa dalam 2-4 hari.
Untuk menyelesaikan daur hidup dari telur sampai bertelur lagi diperlukan waktu 10-14 hari. [2] Waktu yang diperlukan telur menjadi tungau dewasa kurang lebih 17 hari.[2] Tungau betina yang tinggal di sebuah kantong ujung terowongan, setelah 4-5 hari setelah kopulasi, akan bertelur lagi sampai berumur lebih kurang 3-4 minggu [2].



Cara berkembang biak dan penularan:

Setelah membuahi kutu betina maka si pejantan mati. Kutu betina yang sudah dibuahi akan membuat liang terowongan di kulit, kemudian bertelor sekitar 40-50 butir telor, dan akan menetas setelah sekitar 3-5 hari. Hasil penetasan (larva) kutu tersebut keluar ke permukaan kulit dan tumbuh menjadi kutu dewasa dalam waktu sekitar 16-17 hari. (referensi lain menyebutkan 10-14 hari)
Penularan terjadi melalui:
  • Kontak langsung, kontak seksual
  • Secara tidak langsung melalui bekas duduk, sprei (alas) tempat tidur serta pakaian 

Pengobatan skabies / scabies / gudik
menjaga kebersihan untuk membasmi skabies (mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai bersama, dll)
mencuci smua pakaian dan seprei dg air panas

ne ada obat untuk scabies tradisional yg bisa dibuat sendiri, dan cukup ampuh kok 
Bahan:
  1. Sulfur, berbentuk bubuk kuning, kalau belum bubuk harus ditumbuk sampai halus dahulu.
  2. Bedak bayi yang netral, tidak mengandung bahan macam macam, untuk menghindari adanya reaksi dengan sulfur. Lebih aman lagi menggunakan tepung kanji.
Ramuan:
Campur bubuk sulfur dengan bedak/tepung dengan komposisi 1: 8, jadi jika tepungnya 8 gram maka sulfurnya perlu 1 gram, jangan terbalik. Campur sampai campuran menjadi rata dengan mengaduk aduk berulang kali. Jadi deh obat tradisional scabies. Setelah jadi bisa langsung dibalurkan keseluruh tubuh penderita scabies




 SEMOGA BERMANFAAT............
sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kudis
http://drhandri.wordpress.com/2008/04/24/scabies-penyakit-kulit-khas-pada-warga-pesantren/
http://cakmoki86.wordpress.com/2007/06/16/skabies-kulit-gatal-bikin-sebal/
http://dokternoviana.wordpress.com/2008/01/03/skabies/
Share

1 comments:

blog.sd_kranyar05.com mengatakan...

makasih artikeplnya tapi sulfur tu dibelinya dimana?

Posting Komentar